Konten LBGTQ pada Tontonan Anak, Orang Tua Harus Waspada

Oleh

Ani Lidyawati,M.Pd.

Ketua PWNA Lampung

Belakangan ini, ramai menjadi perbincangan di kalangan orang tua tentang konten LGBTQ yang terdapat pada video kartun yang seyogyanya ditujukan kepada anak-anak. Dalam potongan video yang beredar luas di beberapa platform media social, terdapat adegan seorang anak kecil yang sedang bermain kemudian menangis karena terjatuh, lalu ditolong oleh dua orang laki-laki yang disebutnya sebagai Papa dan Ayah.

Hal ini menimbulkan kegaduhan dan kekhawatiran di kalangan orang tua sebab terdapat unsur penyimpangan didalamnya. Mengingat, memberikan tontonan video melalui gawai kepada anak-anak masih menjadi alternative bagi orang tua untuk membuat anaknya tenang dan tidak beraktifitas berlebihan.

Selain itu, masih banyak orang tua yang membiarkan anaknya menonton video berjam-jam tanpa pendampingan. Sehingga memilih tontonan yang edukatif menjadi salah satu pilihan yang bisa dilakukan oleh orang tua.

LGBT sendiri merupakan singkatan dari Lesbian, Gay, Biseksual, Transgender dan Queer yang merupakan komunitas pecinta sesama jenis yang kehadirannya ditentang di Indonesia karena tidak sesuai dengan budaya yang ada di Indonesia.

Saat ini, komunitas yang biasa disimbolkan dengan gambar pelangi ini telah melakukan kampanye dengan berbagai cara. Baik secara tertutup maupun terang-terangan.

Dengan tujuan agar komunitasnya dapat diterima ditengah masyarakat serta mencari sebanyak-banyaknya orang untuk bergabung bersama dengan mereka. Hal ini tentu perlu mendapatkan perhatian khusus, apalagi saat ini target dari kampanye kaum pelagi adalah anak-anak.

Konten-konten LGBTQ diselipkan melalui tontonan yang terkadang luput dari perhatian orang tua.
Anak-anak usia balita yang sedang mencari role mode dalam mempelajari gender akan menjadi kesulitan untuk memahami identitas dan perannya dalam menjalani kehidupan. Karena terjadi banyak penyimpangan disekitarnya yang tidak sesuai dengan fitrah sebagai seorang manusia.

Oleh karena itu, orang tua sebagai benteng pertahanan pertama bagi anak harus memberikan pondasi yang kuat sejak di dalam rumah. Dekatkan anak perempuan kepada Ibunya, dan dekatkan anak laki-laki kepada Ayahnya. Agar anak-anak mengerti dan mendalami perannya sebagai seorang laki-laki atau perempuan.

Sehingganya mereka memahami apa yang harus dilakukan sebagai seorang laki-laki maupun perempuan. Bagaimana cara berpakian bagi laki-laki dan perempuan, bagaimana cara bertutur kata bagi laki-laki dan perempuan hingga bagaimana cara bergaul bagi laki-laki dan perempuan.

Kesemuanya sudah harus selesai sejak di dalam rumah, agar anak tidak mencari role mode di luar yang bisa jadi tidak sesuai dengan nilai-nilai yang ingin dicapai oleh keluarga.

Karena pada hakikatnya, laki-laki dan perempuan lahir dengan fitrah yang berbeda. Keduanya memiliki tugas dan peran masing-masing serta memiliki kekhususan yang tidak dapat disamakan. Justru dengan diciptakannya perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah untuk saling melengkapi. (*).

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *