
Berita duka datang dari komunitas pecinta hewan di Singapura. Seekor anjing senior yang dikenal dengan nama panggilan “Baby Boy” dilaporkan mati tak lama setelah dibebaskan dari penahanan otoritas. Insiden anjing mati Seletar Farmway ini menjadi sorotan setelah kelompok kesejahteraan hewan, Causes for Animals (CAS), mengumumkan kematiannya pada 21 November lalu. Kasus ini memicu simpati dan perdebatan mengenai penanganan hewan jalanan yang ditangkap.
Kronologi Penangkapan dan Kematian
Baby Boy adalah satu dari tiga anjing yang diamankan dalam operasi penangkapan di Seletar West Farmway 8 pada 14 November. Operasi tersebut dilakukan oleh Animal and Veterinary Service (AVS) menyusul laporan adanya empat insiden gigitan anjing di area tersebut demi alasan keselamatan publik. Baby Boy kemudian berada di bawah perawatan AVS selama kurang lebih satu minggu.
Pada pagi hari tanggal 21 November, sekitar pukul 11.30, anjing tersebut diserahkan kepada CAS untuk program Trap-Neuter-Rehome/Release-Manage (TNRM). Namun, nasib berkata lain. Tak lama setelah dibawa ke klinik hewan swasta oleh CAS, Baby Boy mengalami serangan jantung (cardiac arrest) saat diberikan obat penenang (sedasi) dan akhirnya meninggal dunia.
Perbedaan Pandangan Mengenai Kondisi Kesehatan
Terdapat perbedaan persepsi mengenai kondisi kesehatan Baby Boy sebelum kematiannya. Pihak AVS, melalui Direktur Grup Manajemen Hewan Komunitas Anna Wong, menyatakan bahwa anjing tersebut terlihat “waspada” dan “sehat” selama dalam perawatan mereka, meskipun berjalan dengan sedikit pincang. AVS juga telah melakukan pemeriksaan kesehatan, vaksinasi, dan tes darah yang menunjukkan adanya anemia moderat dan peradangan.
Sebaliknya, pihak CAS menggambarkan kondisi yang memprihatinkan. Dalam unggahan Facebook mereka, CAS menyebutkan bahwa anjing tua itu “hampir tidak bisa berdiri” saat dibebaskan. Mereka juga mengungkapkan kebingungan atas tuduhan bahwa anjing yang lemah tersebut bisa mengejar orang. “Baby Boy pergi terlalu cepat. Hentinya berhenti berdetak di klinik langganan kami, tak lama setelah ditebus dari AVS,” tulis CAS.
Penyelidikan Penyebab Kematian
Kematian mendadak ini disebut sebagai hal yang “tidak terduga” oleh pihak AVS. Mereka kini sedang berkoordinasi dengan CAS untuk menyelidiki penyebab pasti kematian melalui pemeriksaan post-mortem independen. Namun, CAS awalnya menyatakan enggan melakukan post-mortem karena itu berarti harus mengirim jenazah Baby Boy kembali ke AVS, padahal anjing itu “sudah melalui lebih dari yang seharusnya dialami anjing peternakan tua mana pun”.
Upacara kremasi Baby Boy dijadwalkan pada 22 November, di mana para feeder (pemberi makan) yang selama ini merawatnya akan berkumpul untuk memberikan penghormatan terakhir. Kasus anjing mati Seletar Farmway ini menjadi pengingat akan pentingnya penanganan yang penuh empati terhadap hewan-hewan jalanan, terutama mereka yang sudah berusia lanjut dan memiliki kondisi kesehatan rentan.