
Pertarungan El Clasico terbaru antara Real Madrid dan Barcelona kembali menyajikan drama beroktan tinggi. Namun, sorotan pasca-pertandingan secara mengejutkan tidak hanya terfokus pada hasil akhir, tetapi pada perilaku salah satu bintang terbesar di lapangan: Vinicius Junior.
Pemain sayap asal Brasil itu kini menghadapi gelombang kritik tajam, dengan beberapa pengamat menyebut tindakannya “memalukan” dan, yang lebih parah, menuduhnya telah “tidak menghormati” rekan setimnya sendiri di Real Madrid.
Vinicius Jr. memang dikenal sebagai pemain yang hidup di atas emosi. Dribelnya memukau, kecepatannya menghancurkan. Namun, di El Clasico kali ini, sisi lain dari dirinya—yang provokatif dan konfrontatif—dinilai telah melewati batas wajar.
Sepanjang pertandingan, ia terlibat dalam pertarungan verbal yang konstan dengan pemain bertahan Barcelona, adu mulut dengan wasit, dan membuat gestur provokatif ke arah penonton. Bagi banyak kritikus, ini adalah perilaku yang tidak pantas bagi pemain yang mengenakan seragam ikonik Real Madrid.
“Dia adalah pemain fenomenal, tetapi perilakunya malam ini memalukan,” ujar seorang analis sepak bola terkemuka. “Dia lebih fokus pada pertarungan pribadi daripada memenangkan pertandingan. Itu adalah aib bagi statusnya.”
Namun, kritik paling tajam muncul dari insiden internal. Puncak kontroversi terjadi di babak kedua. Setelah gagal mendapatkan tendangan bebas yang diinginkannya, Vinicius terlibat dalam protes keras terhadap wasit yang membuatnya berisiko mendapatkan kartu kuning kedua.
Jude Bellingham, salah satu pemimpin di lapangan, dilaporkan mencoba menenangkannya, menariknya menjauh dari wasit. Bukannya mereda, Vinicius justru terlihat secara agresif menepis tangan Bellingham dan meneriakkan sesuatu kepada rekan setimnya itu, seolah menyuruhnya untuk tidak ikut campur.
Momen singkat namun terekam jelas oleh kamera inilah yang memicu tuduhan “tidak hormat”.
“Anda bisa berdebat dengan lawan. Anda bisa frustrasi pada wasit. Tapi Anda tidak pernah secara terbuka meremehkan rekan setim Anda yang mencoba membantu,” tegas seorang mantan pemain Real Madrid dalam sebuah siaran radio. “Apa yang dia tunjukkan kepada Bellingham adalah sikap tidak hormat. Dia menempatkan egonya di atas tim.”
Insiden ini menggarisbawahi paradoks Vinicius Junior. Di satu sisi, dia adalah talenta generasi yang mampu memenangkan pertandingan sendirian. Di sisi lain, temperamennya yang meledak-ledak kini dipandang bukan lagi sebagai “gairah”, melainkan sebagai “beban”.
Real Madrid mungkin telah mengamankan hasil, tetapi mereka pulang dengan pertanyaan serius tentang kedewasaan bintang mereka. Kemenangan terasa ternoda oleh arogansi yang berpotensi merusak keharmonisan ruang ganti yang telah susah payah dibangun.

Pingback: Vinicius Jr. Sampaikan Permintaan Maaf kepada Fans Real Madrid