
Kehilangan seorang anak secara tragis meninggalkan duka mendalam yang tak terbayangkan. Hal ini dirasakan oleh Wong Lee Ping, seorang ibu korban penikaman Malaysia, yang putrinya, Yap Shing Xuen (16), tewas dibunuh di sekolah. Hampir sebulan setelah insiden tersebut, Wong membagikan curahan hati pilu di media sosial, menceritakan tentang semua rencana keluarga yang kini hanya tinggal penyesalan abadi.
Tragedi ini terjadi pada 14 Oktober lalu. Yap Shing Xuen, seorang pelajar berusia 16 tahun, diduga ditikam secara fatal menggunakan pisau oleh seorang siswa laki-laki berusia 14 tahun di sebuah toilet sekolah di Malaysia.
Pada 7 November, tepat 25 hari setelah putrinya meninggal, Wong Lee Ping menulis sebuah unggahan emosional di Facebook. Ia menceritakan bahwa dirinya baru bisa benar-benar memproses kesedihannya dalam beberapa hari terakhir, setelah sebelumnya sibuk dengan berbagai urusan pemakaman.
“Rasanya seperti mimpi,” tulis Wong. “Hanya setelah bangun, saya baru menyadari dengan sakit bahwa saya benar-benar telah kehilangannya selamanya.”
Dalam curahan hatinya, Wong mengenang kembali betapa seringnya keluarga mereka menghabiskan waktu melakukan kegiatan bersama setiap akhir pekan. Kini, ia menyadari bahwa kehadiran dan tawa putrinya tidak akan ada lagi di tengah-tengah mereka.
Kesedihan itu semakin mendalam ketika Wong mengingat berbagai rencana indah yang telah mereka susun bersama. Yap Shing Xuen diketahui sangat menantikan banyak hal sebelum kematiannya. Keluarga berencana membawanya pergi pesiar (cruise) setelah ia menyelesaikan ujiannya.
Selain itu, mereka juga berencana melakukan perjalanan ke Guangzhou pada hari ulang tahun Yap. “Kami sudah sepakat untuk merayakan ulang tahunnya di pesawat dalam perjalanan ke sana,” kenang Wong, menceritakan detail rencana yang kini sirna.
Bukan hanya itu, keluarga ini juga sedang dalam proses pindah ke rumah baru. Yap dilaporkan sangat antusias dengan perpindahan tersebut. Ia bahkan telah merancang kamar tidurnya sendiri, memilih warna cat dinding, dan sudah membeli sprei (seprai) baru untuk kamarnya. Wong menyertakan foto-foto desain kamar dan sprei yang telah dipilih oleh putrinya.
Semua antusiasme dan rencana masa depan itu kini hancur lebur. “Sekarang, semua rencana telah menjadi penyesalan—tidak ada satu pun yang bisa diwujudkan untuknya,” tulis Wong. “Ini adalah sakit hati yang tidak akan pernah hilang.”
Upacara pemakaman Yap pada 20 Oktober dilaporkan dihadiri oleh 500 orang. Wong, dengan berlinang air mata, memberikan eulogi untuk putri tercintanya.
Sementara itu, tersangka penikaman yang berusia 14 tahun telah didakwa di bawah Pasal 302 KUHP Malaysia atas tuduhan pembunuhan. Jika terbukti bersalah, dakwaan ini membawa ancaman hukuman mati. Investigasi atas kasus ini dilaporkan masih terus berlangsung.
Curahan hati dari seorang ibu korban penikaman Malaysia ini menyoroti duka mendalam keluarga yang ditinggalkan. Rencana dan impian masa depan yang telah dibangun bersama kini telah terkubur, menyisakan luka yang tak tersembuhkan dan menjadi pengingat tragis tentang betapa berharganya setiap momen bersama orang yang terkasih.
seperti kata pepatah china kuno
红颜薄命 (hóng yán bó mìng) secara keseluruhan diterjemahkan sebagai “Kecantikan yang mempesona sering kali disertai nasib malang” atau “Wanita cantik bernasib sengsara.”