
Kisah seorang relawan yang mengaku tak sanggup menyewa helikopter seharga Rp 300 juta untuk menyalurkan bantuan ke daerah terisolasi di Aceh mendadak viral di media sosial. Cerita ini memicu perhatian publik karena kondisi lapangan di lokasi bencana memang sangat sulit dijangkau menggunakan transportasi darat.
Peristiwa ini terjadi setelah Aceh dilanda banjir besar dan tanah longsor yang memutus akses ke beberapa kecamatan. Banyak warga yang masih menunggu bantuan makanan, obat-obatan, dan kebutuhan darurat lainnya.
Kronologi Kisah yang Mendadak Viral
Relawan tersebut awalnya berusaha menyewa helikopter agar bantuan bisa segera masuk ke wilayah yang terisolasi. Namun saat mengetahui biaya sewa mencapai Rp 300 juta sekali terbang, ia mengaku tidak mampu menanggung biaya sebesar itu.
Ungkapannya direkam dalam sebuah video singkat lalu tersebar luas, membuat publik tersentuh sekaligus prihatin.
Video tersebut kini menjadi bahan diskusi di berbagai platform karena menggambarkan betapa besar tantangan logistik saat bencana besar melanda daerah pegunungan dan pesisir Aceh.
Respons Publik dan Donatur
Setelah video viral, banyak netizen dan donatur mulai menawarkan dukungan. Sejumlah komunitas kemanusiaan bahkan menggalang dana untuk membantu pembiayaan transportasi udara, mengingat akses darat benar-benar lumpuh.
Dukungan ini menunjukkan bahwa solidaritas masyarakat Indonesia tetap kuat, terutama saat bencana melanda wilayah yang sulit dijangkau.
Tanggapan Pemerintah dan Otoritas Terkait
Pemerintah daerah Aceh merespons cepat setelah kisah ini ramai diperbincangkan. Mereka menyampaikan bahwa upaya penggunaan helikopter memang sedang dipertimbangkan sebagai bagian dari operasi darurat.
Sementara itu, BNPB dan TNI terus melakukan pendataan lokasi yang paling membutuhkan bantuan udara agar distribusi logistik lebih merata.
Kondisi Terbaru di Lokasi Bencana
Hingga kini, beberapa titik masih mengalami kesulitan akses. Curah hujan tinggi menyebabkan jalur utama tertutup lumpur, membuat relawan harus mencari jalur alternatif.
Bantuan berupa makanan siap saji, air bersih, dan perlengkapan medis menjadi prioritas utama.
Relawan berharap pemerintah dapat mempercepat mobilisasi helikopter untuk menjangkau daerah-daerah yang benar-benar terisolasi.
Penutup
Kisah “tak sanggup sewa heli” ini bukan sekadar viral, tetapi menjadi simbol nyata betapa beratnya proses penanganan bencana di Aceh. Peran relawan, donatur, dan pemerintah sangat diperlukan agar bantuan bisa tersalurkan tepat waktu.
Semoga kebutuhan mendesak para korban dapat segera terpenuhi dan akses ke wilayah terdampak kembali pulih.