Menganalisis Monster Silent Hill f dan Representasi Horor dari Cerita Rakyat Jepang

Monster Silent Hill f: Bunga Kematian Higanbana dan Representasi Horor Rakyat Jepang

Trailer perdana Silent Hill f tidak hanya menjanjikan latar baru di Jepang tahun 1960-an, tetapi juga memperkenalkan estetika horor yang segar sekaligus sangat mengganggu. Berbeda dari monster-monster industrial dan berkarat di seri sebelumnya, desain Monster Silent Hill f yang terlihat di trailer jauh lebih ‘indah’ namun sama mengerikannya. Visual ini sarat dengan simbolisme yang berakar kuat pada budaya dan cerita rakyat Jepang.

Daripada menampilkan makhluk-makhluk humanoid yang cacat secara eksplisit, Silent Hill f tampaknya mengambil pendekatan body horror (horor tubuh) yang lebih bersifat biologis dan spiritual. Fokus utamanya adalah pada bunga bakung laba-laba merah, atau higanbana.

Bunga Kematian: Higanbana

Visual paling ikonik dari trailer adalah seorang gadis muda yang tubuhnya melepuh, terkelupas, dan akhirnya “ditumbuhi” oleh bunga higanbana merah yang merambat. Dalam budaya Jepang, higanbana bukanlah sekadar bunga biasa.

Bunga ini memiliki makna yang sangat kuat terkait dengan kematian, perpisahan, dan alam baka. Bunga ini sering tumbuh subur di sekitar pemakaman dan dipercaya sebagai pemandu jiwa orang mati.

Penggunaan higanbana sebagai elemen horor utama menunjukkan bahwa monster di game ini bukanlah entitas dari luar, melainkan manifestasi dari pembusukan, kematian, atau kutukan yang menginfeksi dari dalam. Ini adalah representasi puitis dari kematian—indah sekaligus mematikan.

Horor Tubuh: Jamur atau Parasit?

Teori yang berkembang adalah bunga higanbana tersebut hanyalah “buah” dari infeksi yang lebih mengerikan, kemungkinan sejenis jamur atau parasit. Adegan di trailer menunjukkan kulit sang gadis yang melepuh dan terkelupas sebelum bunga itu mekar, mengingatkan pada infeksi Cordyceps di The Last of Us, namun dengan sentuhan estetika Jepang yang kental.

Jika ini benar, maka “monster” sesungguhnya di Silent Hill f adalah wabah atau kutukan yang mengubah manusia menjadi “ladang” bagi bunga kematian. Ini sejalan dengan tema Silent Hill klasik, di mana dunia lain (Otherworld) mengubah dan memanifestasikan trauma internal para karakternya.

Horor Rakyat (Folk Horror) dan Ritual

Latar pedesaan Jepang tahun 1960-an dan keterlibatan Ryukishi07 (penulis Higurashi When They Cry) memperkuat dugaan bahwa ini adalah folk horror. Monster-monster di Silent Hill f kemungkinan besar terkait erat dengan takhayul, dewa-dewa lokal, atau ritual kuno yang gagal.

Trailer juga sekilas menunjukkan sosok-sosok seperti anak-anak kecil dengan kepala aneh yang menyerupai patung Jizo atau entitas lain dari cerita rakyat. Mereka mungkin adalah korban dari ritual, penjaga, atau arwah yang terperangkap. Kengerian di Silent Hill f tampaknya lahir dari tradisi yang rusak dan alam yang “marah”.

Monster Silent Hill f tampaknya akan beralih dari horor psikologis-industrial (seperti Pyramid Head) menjadi horor psikologis-biologis dan folklorik. Mereka adalah representasi dari kengerian yang terikat pada alam, siklus hidup-mati, dan sisi gelap dari tradisi kuno. Silent Hill f tidak hanya menjual kengerian, tetapi juga “keindahan” yang membusuk dari dalam.

Apa Sebenarnya Arti ‘F’ di Balik Judul Silent Hill f? Ini Teori Terkuatnya

Scroll to Top